Monday 28 July 2008

Lowongan Kerja di PT PLN P3BS

PENDAFTARAN REKRUTMEN PEGAWAI

PT PLN (Persero) dengan visi diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan tepercaya dengan bertumpu pada potensi insani, membuka kesempatan bagi Generasi Muda terbaik untuk bergabung dan mengembangkan karir menjadi Pegawai PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3BS) sebagai:

TEKNISI PEKERJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN (PDKB)
A. PERSYARATAN FISIK

1. Jenis Kelamin : Laki-laki, belum menikah.
2. Usia : Maksimal 22 Tahun (Kelahiran tahun 1986 dan setelahnya).
3. Tinggi Badan : Minimal 165 Cm.
4. Berat badan : Proporsional dengan tinggi badan.
5. Sehat jasmani rohani untuk melaksanakan fungsi sebagai Teknisi PDKB, tidak menderita epilepsi, Tidak buta warna, tidak berkacamata dan tidak berlensa kontak.
6. Tidak pernah menggunakan narkoba/NAZA, tidak bertato dan tidak ditindik/bekas tindik di telinga atau anggota tubuh lainnya.

B. PERSYARATAN ADMINISTRASI

1. Pendidikan : Lulusan SMA/SMU Jurusan IPA atau SMKJurusan Listrik (elektro arus kuat/ketenagalistrikan)
2. Nilai Rapor/Transkrip terakhir:
a. Matematika nilai minimal 6 (enam) untuk semua jurusan.
b. Ilmu Listrik nilai minimal 7 (tujuh) untuk SMK Teknik Listrik (arus kuat/ketenagalistrikan).
c. Fisika nilai minimal 7 (tujuh) untuk SMA/SMU IPA.
3. Bersedia mengikuti pendidikan ikatan dinas selama 1(satu) tahun dan tidak menikah dalam masa pendidikan

C. CARA MENGAJUKAN LAMARAN

1. Surat Lamaran ditujukan kepada “PANITIA REKRUTMEN” dengan melampirkan:
a. Surat Lamaran.
b. Fotocopy ijazah SMU/SMK yang dilegalisir
c. Fotocopy Nilai Rapor/Transkrip terakhir SMU/SMK yang dilegalisir
d. Fotocopy Akte Kelahiran / surat kenal lahir.
e. Fotocopy KTP yang masih berlaku.
f. Daftar Riwayat Hidup.
g. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar.
h. Surat Keterangan berbadan sehat dan tidak buta warna dari Dokter Rumah Sakit/Puskesmas.
i. Surat pernyataan diri di atas meterai Rp. 6.000,- yang meliputi:
  • Bahwa tidak pernah terlibat dalam penyalahgunaan Narkotika, zat adiktif lainnya dan tindakan kriminal.
  • Kesanggupan bekerja sebagai Teknisi PDKB dan bersedia ditempatkan di seluruh Wilayah kerja PT PLN (Persero) P3B Sumatera se-Sumatera
  • Bahwa tidak akan menikah selama 1 (Satu) tahun, dalam masa pendidikan.
  • Bahwa tidak akan menuntut pengakuan atas Ijazah yang lebih tinggi dari SMU/SMK yang dimiliki.
j. Surat Lamaran dikirim paling lambat tanggal 9 Agustus 2008 (stempel pos)
k. Amplop kosong tanpa perangko yang sudah bertuliskan alamat pelamar yang akan digunakan sebagai surat balasan/panggilan.

2. Berkas lamaran dikirimkan dan ditujukan ke salah satu dari alamat sbb:
a. PT PLN (Persero) UPT Medan.PO BOX 639 Medan 2000
b. PT PLN (Persero) UPT Padang.PO BOX 399 Padang
c. PT PLN (Persero) UPT Palembang.PO BOX 1279 Palembang

D.TAHAP SELEKSI

Seleksi dilaksanakan dengan sistim gugur dengan tahapan sebagai berikut:
1. Administrasi
2. Akademis
3. Psikologi
4. Fisik
5. Wawancara
6. Kesehatan

E. LAIN-LAIN:

1. Tidak diadakan korespondensi dan hanya lamaran yang masuk melalui PO BOX yang akan diproses.
2. Pelamar tidak dipungut biaya apapun.
3. Pelamar Teknisi PDKB yang dinyatakan lulus pada seluruh tahapan seleksi akan dipanggil mengikuti
Program Beasiswa Pendidikan setara Diploma 1.
4. Pelamar Teknisi PDKB yang dapat menyelesaikan program beasiswa pendidikan setara Diploma 1 pada butir
3 di atas, akan diangkat menjadi Pegawai Teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan dan ditempatkan di
seluruh Wilayah kerja PT PLN (Persero) P3B Sumatera se-Sumatera.
5. Surat Lamaran yang pernah dikirim sebelum diterbitkan pengumuman ini dinyatakan tidak berlaku.
6. Apabila di kemudian hari, DATA berkas surat lamaran ternyata tidak benar maka peserta dinyatakan
GUGUR.
7. Keputusan Panitia tidak dapat diganggu gugat.
8. Lamaran yang masuk ke panitia penerimaan menjadi hak milik panitia sehingga tidak bisa diambil kembali.

Padang, 28 Juli 2008
Informasi selengkapnya kunjungi segera : www.p3b-sumatera.co.id

Monday 7 July 2008

Komponen database Oracle (1.2.4 Temporary Files)

Temporary files adalah tipe datafiles yang sangat spesial, digunakan untuk menyimpan hasil dari proses sorting dalam jumlah yang sangat besar, Yang tidak dapat ditampung di memori. Database Object yang bersifat permanen seperti table dan index tidak akan pernah disimpan pada temporary files. Akan tetapi, content-content lain yang bersifat sementara dapat disimpa pada temporary datafiles, seperti temporary table.

Secara normal, setiap ada perubahan pada database object akan tercatat pada redo log files. Namun pada temporary files, setiap transaksi yang terjadi tidak menimbulkan redo entries. Temporary files juga tidak perlu di-backup, karena oracle sendiri tidak pernah melakukan recovery pada temporary files.

Sebaiknya menggunakan locally managed temporary tablespaces dan besar extent yang sama (uniform), yaiut menggunakan perintah CREATE TEMPORARY TABLESPACE

Komponen Database (1.2.3 Control Files)

Control files berisi semua informasi file-file yang menjadi bagian dari database, seperti datafiles, redo log files. Controls files menyimpan informasi posisi keadaan database saat ini :
  • Nama dari database
  • kapan database dibuat
  • posisi keadaan datafiles sekarang, dalam kondisi memerlukan recovery, kondisi read only, dan sebagainya
  • Informasi terakhir kali databse shutdown, abort, immediate atau normal.
  • History dari archive log files.
  • Backup yang telah dilakukan pada database
  • Checkpoint yang selesai dilakukan.

Control files haru mempunyai copy lebih dari satu, agar jika salah satu control files hilang (disk failure), tetap mempunyai control files yang ontrol files yang lain. Jika control files hilang atau rusak, bukan merupakan hal yang fatal, karena control files dapat dicreate kembali. Namun, untuk membuat controln files yang baru lebih sulit dilakukan, karena harus mengetahui semua informasi file-file yang ada pada database. Sebaiknya control files dibuat secara multiplexed agar tetap terjaga untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Komponen Database Oracle (1.2.2 Redo Log Files)

Redo Log Files adalah bagian yang sangat penting di database oracle. Redo log files sebagai tempat catatan setiap transaksi yang terjadi di oracle. Fungsi utama redo log files digunakan untuk kebutuhan proses recovery. Pada sebuah proses transaksi normal, oracle memperbarui block yang berada di memori (buffer cache).

Jika pada saat ini oracle mengalami kegagalan dan data yang diperbarui belum tersimpan ke datafiles, oracle akan menggunakan reo log files untuk melakukan recover data yang sudah diperbarui. Oracle akan mengembalikan posisi transaksi terakhir saat sebelum oracle mengalami kegagalan.

Jika suatu saat terjadi kerusakan pada datafiles, oracle juga akan menggunakan archive log files dan online redo log files untuk melakukan restore data. Jika terjadi kesalahan melakukan drop table, table tersebut dapat dikembalikan lagi dengan menggunakan online redo log files dan archive log files. Oracle juga menggunakan redo log files ini pada standby datatbase.

Online Redo Log
Setiap database oracle minimal harus mempunyai dua online redo log files, dan umumnya minimal mempunyai tiga redo log files. Besar online redo log files tetap, dan bekerja secara bergantian (Circular fashion). Oracle akan menulis redo log pertama. Ketika redo log pertama ini sudah penuh, oracle akan berpindah ke redo log kedua untuk memulai menulis redo entries. Jika redolog kedua ini sudah penuh, oracle akan berpindah ke reo log files ketiga, begitu seterusnya.
Perpindahan redo log files satu ke redo log files berikutnya, disebut sebagai proses log switch. Proses log switch dapat menimbulkan 'hang' sementara, jika tuning database-nya kurang tepat. saat log terjadi , oracle akan melakukan checkpoint, yaitu sebuah sinyal yang memaksa DBWR (Database Writer) memindahkan block-block yang diperbarui (dirty block) yang ada di SGA ke datafiles, yang dilakukan secara background proses.

Archive Redo Log
Database oracle dapat berjalan pada dua mode, yaitu NOARCHEVLOG dan ARCHIVELOG. untuk menghindari kehilangan data pada saat terjadi kegagalan, sebaiknyamenjalankan database oracle pada mode ARCHIVELOG.

Jika suatu saat terjadi kesalahan dalam melakukan drop table tanpa ARCHIVELOG kesempatan untuk melakukan recovery akan semakin kecil. Terutama pada sebuah database yang mempunyai jumlah transaksi yang sangat besar. Semakin sibuk sebuah system, maka semakin sring oracle melakukan log switch, yang artinya senakin kemungkinan melakukan point in time recovery (PITR) jika tidak menjalankan databse dengan mode ARCHIVELOG.

Arsitektur Database Oracle ( 1.1 Instance dan database)

Sebelum melakukan kegiatan optimasi atau tunig database, mengenal dan memahami arsitektur oracle sangat diperlukan. Sebab kegiatan tuning tidak lain upaya untuk melakukan setting pada kompoen-komponen tertentu ayng menyusun arsitektur database sehingga didapatkan performance yang lebih optimal.


1.1 Instance dan Database
Oracle tersusun atas dua komponen utama, yaitu instance dan database. Kedua kompnen ini sangat berbeda, tetapi saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Database merupakan kumpulan informasi yang disimpan dalam sebuah physical storage, sedang instance adalh kumpulan dari oracle process dan alokasi memori yang ada di oracle disebut sebagai system Global Area (SGA) yang digunakan unuk mengakses informasi-informasi yang tersimpan pada database.


Konfigurasi instance dan database ini dibedakan menjadi dua cara. Yang pertama, satu instance mengakses satu database, dan yang kedua, beberapa instance yang berjalan pada server yang berbeda mengakses satu databse yang sama. Pada konfigurasi yang kedua ini, oracle menyebutnya sebagai Oracle Parallel Server. Sampai pada versi terakhir, Oracle Parallel Server berganti nama menjadi Oracle Real Application Cluster, tentunya disertai dengan beberapa feature dan teknologi terbaru.


User tidak dapat mengakses secara langsung informasi yang tersimpan pada database tanpa melalui instance instance sedang drop, semua informasi yang ada pada database tidak dapat diakses melalui level operating system.

Arsitektur Database Oracle ( 1.1 Instance dan database)

Sebelum melakukan kegiatan optimasi atau tunig database, mengenal dan memahami arsitektur oracle sangat diperlukan. Sebab kegiatan tuning tidak lain upaya untuk melakukan setting pada kompoen-komponen tertentu ayng menyusun arsitektur database sehingga didapatkan performance yang lebih optimal.

1.1 Instance dan Database
Oracle tersusun atas dua komponen utama, yaitu instance dan database. Kedua kompnen ini sangat berbeda, tetapi saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Database merupakan kumpulan informasi yang disimpan dalam sebuah physical storage, sedang instance adalh kumpulan dari oracle process dan alokasi memori yang ada di oracle disebut sebagai system Global Area (SGA) yang digunakan unuk mengakses informasi-informasi yang tersimpan pada database.

Konfigurasi instance dan database ini dibedakan menjadi dua cara. Yang pertama, satu instance mengakses satu database, dan yang kedua, beberapa instance yang berjalan pada server yang berbeda mengakses satu databse yang sama. Pada konfigurasi yang kedua ini, oracle menyebutnya sebagai Oracle Parallel Server. Sampai pada versi terakhir, Oracle Parallel Server berganti nama menjadi Oracle Real Application Cluster, tentunya disertai dengan beberapa feature dan teknologi terbaru.

User tidak dapat mengakses secara langsung informasi yang tersimpan pada database tanpa melalui instance instance sedang drop, semua informasi yang ada pada database tidak dapat diakses melalui level operating system.

Design Database Relasional

Menyimpan data dalam bentuk relasional secara sederhana dapat dikatakan sebagai membawa data tersebut ke dalam suatu bentuk tabel. Bagaimanas agar tabel yang digunakan untuk menimpan data terbentuk secara baik dan benar ? diperlukan suatu langkah desain database agar tabel yang dibuat dapat memenuhi syarat-syarat model relasional. Desain database secara umum dapat dibagi dalam empat langkah :

  • Menetukan Kebutuhan
  • Desain Konseptual
  • Desain Logikal
  • Desain Fisik

Untuk menentukan kebutuhan dapat dilakukan dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Sedangkan desain konseptual adalah dengan menggunakan ER model. Hasil dari desain konseptual adalah skema konseptual. Model Data relasional didapat kan dari perubahan model konseptual dengan menggunakan desain logik. Setiap informasi dalam model relasional irepresentasikan secara jelas dalam level logik, yaitu hanya dengan satu cara, yakni dengan nilai-nilai pada tabel tersebut. Desain fisik mengubah skema fisik. Dalam mode relasional, langkah-langkah desain database adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi adalah langkah pertama yang harus ditempuh. Pada langkah ini harus didapatkan informasi selenkap-lengkapnya. Berbagai metode pengumpulan data dapat digunakan pada langkah ini. Bilamana sebelumnya telah memiliki suatu database, baik yang berupa flatfile, spreadsheet ataupun relasional, hal itu perlu mendapat perhatian.

2. Menentukan Entitas
Setelah semua informasi terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menentukan ntitas utama dari semua informasi yang telah didapatkan. Misalkan dalam data balapan Formula 1 didapatkan entitas utama adalah : Pembalap, Balapan, dan Mobil balap. Setelah entitas utama didapatkan maka komponen dari setiap entitas dapat ditentukan.
3. Mengubah Entitas ke tabel
Setelah entitas dan komponen ditentukan maka kemudian masing-masing entitas dapat diubah dalam tabel. Langkah ini memungkinkan terjadinya penambahan suatu komponen. Misalkan ada suatu komponen alamat tersebut dalam sebuah entitas, maka dalam tabel alamat tersebut dapat menjadi : nama jalan, kecamatan, kelurahan, kode pos dan lain-lain. Pada contoh ini entitas utama dan komponen dapat langsung menjadi tabel tanpa harus mengalami perubahan.

4. Merelasikan Masing-masing tabel.
Ada tabel yang dihubungkan antara satu dengan yang lain. Hal ini menyebabkan terbentuknya relasi antartabel.

Saturday 5 July 2008

Programmable Logic Controller

Introduction


Generally speaking, process control system is made up of a group of electronic devices and equipment that provide stability, accuracy and eliminate harmful transition statuses in production processes. Operating system can have different form and implementation, from energy supply units to machines. As a result of fast progress in technology, many complex operational tasks have been solved by connecting programmable logic controllers and possibly a central computer. Beside connections with instruments like operating panels, motors, sensors, switches, valves and such, possibilities for communication among instruments are so great that they allow high level of exploitation and process coordination, as well as greater flexibility in realizing an process control system. Each component of an process control system plays an important role, regardless of its size. For example, without a sensor, PLC wouldn’t know what exactly goes on in the process. In automated system, PLC controller is usually the central part of an process control system. With execution of a program stored in program memory, PLC continuously monitors status of the system through signals from input devices. Based on the logic implemented in the program, PLC determines which actions need to be executed with output instruments. To run more complex processes it is possible to connect more PLC controllers to a central computer. A real system could look like the one pictured below:


























At the outset of industrial revolution, especially during sixties and seventies, relays were used to operate automated machines, and these were interconnected using wires inside the control panel. In some cases a control panel covered an entire wall. To discover an error in the system much time was needed especially with more complex process control systems. On top of everything, a lifetime of relay contacts was limited, so some relays had to be replaced. If replacement was required, machine had to be stopped and production too. Also, it could happen that there was not enough room for necessary changes. control panel was used only for one particular process, and it wasn’t easy to adapt to the requirements of a new system. As far as maintenance, electricians had to be very skillful in finding errors. In short, conventional control panels proved to be very inflexible. Typical example of conventional control panel is given in the following picture.



















In this photo you can notice a large number of electrical wires, time relays, timers and other elements of automation typical for that period. Pictured control panel is not one of the more “complicated” ones, so you can imagine what complex ones looked like.


Most frequently mentioned disadvantages of a classic control panel are:
- Too much work required in connecting wires
- Difficulty with changes or replacements
- Difficulty in finding errors; requiring skillful work force
- When a problem occurs, hold-up time is indefinite, usually long.




With invention of programmable controllers, much has changed in how an process control system is designed. Many advantages appeared. Typical example of control panel with a PLC controller is given in the following picture.


















Advantages of control panel that is based on a PLC controller can be presented in few basic points:
1. Compared to a conventional process control system, number of wires needed for connections is reduced by 80%
2. Consumption is greatly reduced because a PLC consumes less than a bunch of relays
3. Diagnostic functions of a PLC controller allow for fast and easy error detection.
4. Change in operating sequence or application of a PLC controller to a different operating process can easily be accomplished by replacing a program through a console or using a PC software (not requiring changes in wiring, unless addition of some input or output device is required).
5. Needs fewer spare parts
6. It is much cheaper compared to a conventional system, especially in cases where a large number of I/O instruments are needed and when operational functions are complex.
7. Reliability of a PLC is greater than that of an electro-mechanical relay or a timer.
First, you need to select an instrument or a system that you wish to control. Automated system can be a machine or a process and can also be called an process control system. Function of an process control system is constantly watched by input devices (sensors) that give signals to a PLC controller. In response to this, PLC controller sends a signal to external output devices (operative instruments) that actually control how system functions in an assigned manner (for simplification it is recommended that you draw a block diagram of operations’ flow). Secondly, you need to specify all input and output instruments that will be connected to a PLC controller. Input devices are various switches, sensors and such. Output devices can be solenoids, electromagnetic valves, motors, relays, magnetic starters as well as instruments for sound and light signalization. Following an identification of all input and output instruments, corresponding designations are assigned to input and output lines of a PLC controller. Allotment of these designations is in fact an allocation of inputs and outputs on a PLC controller which correspond to inputs and outputs of a system being designed. Third, make a ladder diagram for a program by following the sequence of operations that was determined in the first step.Finally, program is entered into the PLC controller memory. When finished with programming, checkup is done for any existing errors in a program code (using functions for diagnostics) and, if possible, an entire operation is simulated. Before this system is started, you need to check once again whether all input and output instruments are connected to correct inputs or outputs. By bringing supply in, system starts working.

introduction PLC

What Does PLC means?
A PLC (Programmable Logic Controllers) is an industrial computer used to monitor inputs, and depending upon their state make decisions based on its program or logic, to control (turn on/off) its outputs to automate a machine or a process.

NEMA defines a PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER
as:
“A digitally operating electronic apparatus which uses a programmable memory for the internal storage of instructions by implementing specific functions such as logic sequencing, timing, counting, and arithmetic to control, through digital or analog input/output modules, various types of machines or processes”.

Traditional PLC Applications

*In automated system, PLC controller is usually the central part of a process control system.
*To run more complex processes it is possible to connect more PLC controllers to a central computer.

Disadvantages of PLC control
- Too much work required in connecting wires.
- Difficulty with changes or replacements.
- Difficulty in finding errors; requiring skillful work force.
- When a problem occurs, hold-up time is indefinite, usually long.

Advantages of PLC control
* Rugged and designed to withstand vibrations, temperature, humidity, and noise.
* Have interfacing for inputs and outputs already inside the controller.
* Easily programmed and have an easily understood programming language.